Kalau ke starbuck beli yang ukuran grande ya - review


Selamat datang di postingan pertama tentang review buku Kalau ke starbuck beli yang ukuran grande ya  . InsyaAllah di rubrik “Catatan” ini saya akan memberi penjelasan dan rayuan (untuk ikut membaca) singkat mengenai buku-buku yang saya baca. Kebanyakan sih buku ringan, jadi bagi yang suka dengan tulisan serius dipersilahkan untuk meninggalkan rubrik ini dengan hormat dan meluncur ke rubrik “artikel”.

Kalau ke starbuck beli yang ukuran grande ya


Kalau ke starbuck beli yang ukuran grande ya - review



Buku “Kalau di Starbucks Beli yang Grande Ya!” ini saya baca beberapa tahun lalu, ketika level bahasa Jepang saya masih terlalu rendah untuk menembus JLPT Level 1. Tapi saya paham isinya. Maksud daripada kalimat ini: jadi bahasa Jepang yang digunakan oleh buku ini insyaAllah tak terlalu susah. Begitu ^_^


Kalau dilihat covernya sepintas, (bagi yang bisa membaca kanji) mungkin paham kalau buku ini akan berkisah tentang hal-hal berbau ekonomi. Kata-kata perayunya (yang ditulis besar-besar dengan tinta kuning itu-red) pun cukup berkesan: “Membaca buku ini akan membuat Anda lebih memahami struktur social serta kejadian di kehidupan sehari-hari melalui konsep harga”. Wow, kok sepertinya serius sekali? Hehe, tenang! Kalau serius, covernya takkan terpampang di halaman ini.


Buku ini mencoba untuk menjelaskan dengan sederhana kejadian-kejadian “aneh” yang ternyata berkaitan erat dengan ekonomi. Contoh:

Harga sebotol Pocari Sweat di konbini 147, di 100 yen shop cuma 105 yen, dan di supermarket lebih murah lagi 98 yen. Mengapa?

Eh, kalau kita lihat di Shinjuku kok mall barang-barang elektronik semacam Yodobashi, Bic Camera n Sakuraya (dulu ada, sekarang bangkrut) berkumpul di tempat yang sama sih? Dan toko elektronik baru ketika membuka cabang pun cenderung untuk memanfaatkan lokasi yang sama pula. Why? Iya kalau yang dijual beda sih gak papa, tapi mereka kan jual barangnya yang sama dengan harga yang hampir sama pula? Saingannya ketat dong?


Penjelasannya gini nih (seingat saya ya), untuk yang nomor 2 kenapa toko-toko yang bersaing malah memilih tempat yang sama, (menurut buku ini) adalah satu, untuk memanfaatkan calon konsumen yang telah “dikumpulkan” oleh toko-toko lain selama ini. Dua, memanfaatkan image lokasi tersebut yang telah terbangun dengan keberadaan toko sebelumnya. Dengan dua hal ini mereka dapat menekan biaya untuk promosi menarik pembeli, karena calon pembelinya memang selama ini sudah berkumpul di tempat itu jika ingin membeli barang elektronik. Sebenarnya penjelasan buku aslinya lebih lengkap, baca deh. Nah, terus kalau yang nomor satu kenapa hayo?  Ya, baca sendiri lah.


Selain menjelaskan tentang kejadian-kejadian di atas, buku ini juga mengajarkan kita untuk menjadi “konsumen pintar”. Dengan menjelaskan system perhitungan harga di 100 yen dan di Starbucks misalnya, buku ini mengajari kira untuk “memilah dan memilih” barang. Barang mana yang lebih untung (otoku dlm bhs Jepang) jika kita beli di 100 yen, daripada di tempat lain dan sebaliknya, barang apa yang sebaiknya jangan dibeli di 100 yen. Begitu pula dengan size kopi di starbucks, dengan memperhitungkan cost utk service, penulis menganjurkan kita untuk memilih size yang tepat dimana kita bisa mendapatkan “keuntungan” sebesar-besarnya dari uang yang kita belanjakan. InsyaAllah buku ini cocok deh untuk yang amat perhatian dengan uangnya (baca = hemat).


Iya deh semoga penjelasan tentang buku ini kurang jelas agar terdorong untuk membaca sendiri.

Next
Previous
Click here for Comments

0 comments: