jumlah yang kecil, maupun utang dalam jumlah besar. Memang, dalam kondisi ekonomi terjepit, utang menjadi salah satu alternatif memenuhi kebutuhan karena kekurangan finansial.
Meski aktivitas berutang ini diperbolehkan agama, namun tidak bisa dipungkiri kegiatan ini juga mendatangkan dampak negatif. Orang yang berhutang biasanya akan tertekan memikirkan bagaimana cara untuk membayar utang-utangnya. Sebagian lagi justru tidak berniat tidak mengembalikan dan lari dari tanggungjawab membayar.
Ada banyak probelamtika yang muncul ketika memutuskan untuk berutang. Namun tahukah anda jika ternyata utang yang kita miliki bisa berubah menjadi pahala? Bahkan ada sahabat Nabi yang memilih berhutang demi mendapatkan keutamaan ini. Bagaimana bisa? Berikut ulasannya.
Cara mengubah hutang menjadi pahala ini dijelaskan dalam Kitab Al-Matjarur Rabih fi Tsawabil ‘Amalis Shalih karya Al Hafidz Ad Dimyati yang telah ditahqiq oleh Zakaria Ghulam Qadir Al Bakistani. Dalam salah satu bab-nya dibahas bagaimana hutang bisa berubah menjadi pahala. Hal ini diperkuat pula dengan hadist Nabi.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa istri Rasulullah SAW, Aisyah ra pernah berhutang. Seseorang kemudian datang untuk mengingatkan Aisyah agar tidak berhutang karena Ia dianggap mampu. Namun, Aisyah justru menerangkan jika Ia pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW bahwa Allah akan menolong orang yang berhutang selama Ia berniat mengembalikannya. Dan Ia menginginkan pertolongan tersebut.
“Kenapa kamu berhutang, bukankah kamu mampu untuk tidak berhutang?” Dia menjawab, “Aku mendengar beliau Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang hamba yang memiliki niat membayar hutangnya kecuali dia memperoleh pertolongan dari Allah. Maka aku mencari pertolongan itu.” (HR. Ahmad)
Hadist yang hampir sama juga diriwayatkan oleh Thabrani yang artinya “Dia mendapat pertolongan dari Allah dan membukakan untuknya sebab rezeki.” Hadits shahih)
Dalam hadist riwayat lain juga disebutkan bahwa Abdullah bin Ja’far ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Allah akan menemani para pengutang selama urusan mereka tidak dibenci Allah. Ia kemudian memerintahkan penjaga gudang agar mencari utangan untuknya, dengan alasan tidak ingin melewatkan satu malam kecuali ditemani Allah.
“Sesungguhnya Allah bersama penghutang hingga ia melunasi utangnya selama tidak dalam urusan yang dibenci oleh Allah.” Dia berkata, “Abdullah bin Ja’far ra berkata kepada penjaga gudangnya, ‘Pergilah dan berhutanglah untukku, karena aku tidak ingin bermalam satu malam pun kecuali Allah bersamaku, setelah aku mendengar Rasulullah bersabda begitu.” (HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan. Al-Hakim berkata, sanadnya shahih).
Ini berarti, ada kebaikan yang Allah berikan ketika seorang berhutang dan berniat dengan sungguh-sungguh mengembalikannya. Artinya, utang tersebut justru berubah menjadi pahala karena kesungguhan untuk melunasinya.
Ibnu Umar ra berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang meminjam harta orang lain dengan niat ingin mengembalikannya, Allah akan mengembalikan pinjaman itu, namun barang siapa yang meminjamnya dengan niat ingin merugikannya, Allah pun akan merugikannya.” (HR. Bukhari).
Maksud dari “Allah akan mengembalikan….” adalah orang yang berhutang akan dimudahkan dalam mencari rezeki agar dia selekasnya membayar utang tersebut. Begitu juga sebaliknya, Allah akan menyengsarakan dia, tidak hanya dunia mungkin juga di akherat nanti.”
Demikianlah penjelasan tentang bagaimana mengubah hutang menjadi pahala. Bagi anda yang kini masih terlilit utang, segeralah memohon pertolongan Allah dan bersungguh-sungguh berusaha agar bisa melunasi hutang tersebut. Semoga Allah mempermudah jalannya dan menghadiahkan pahala bersama hutang-hutang yang menjadi beban pikiran. Wallahu a’lam.
0 comments: