Cinta Dalam hati
Ringan langkahku menyusuri trotoar sepanjang jalan ini. Menikmati malam, luruh dalam kegalauan yang amat menyiksa. Menikmati suasana dan hiruk pikuk kebisingan yang berada di kiri kananku. Sepertinya musim berganti tanpa pesan. Udara malam ini terasa lebih dingin ditemani angin yang menghembus lembut menerpa kulit. Aku sendiri.. Berjalan perlahan menapaki tanah basah tempat ku mengadu. Menggambarkan bayanganmu pada langit, pada jalanan dan pada lampu-lampu mercury untuk membangkitkan lamunanku. Ya.., aku sedang tersakiti. Bahwasannya kehadiranku dikota ini sungguh tak berharap. Pada jiwa, pada waktu, dan pada si penebar rindu. Ternyata kamu pergi dengan segudang alasanmu. Tidakkah kau tau? Tidakkah kau mendengar tangis kepedihan dalam hatiku? Karena baru saja kuingin kau tau tentang perasaanku.Cinta Dalam hati saja - Kata kata romantis
Kemudian angin membawa beberapa lembar dedaunan terbang disekelilingku. Membawa kenangan yang tiba-tiba hilang… Saat-saat indah dimana aku pernah memujamu dalam pelukku, dalam setiap nafas yang kumiliki. Kenapa kamu menyerah? Tidakkah kau sadari bahwa benar aku menginginkanmu? Aku memandangmu dalam biru langit tanpa batas. Mencintai kamu tanpa sebab, dan berusaha mengertimu tanpa meminta. Tapi apa? Kau membiarkanku begitu saja tersesat dalam rimbunnya belantara cintamu. Dan kemudian aku harus berlari mencari jalan setapak menuju hatimu?
Sadis…
Bagimu aku hanyalah lorong gelap yang tak berujung. Buku berat tebal dan berdebu yang membutuhkan sejuta kamus dari berbagai bangsa dan bahasa untuk memahaminya. Tidakkah kau mengerti, bahwa kegelapan memang menutup pandangan mata kita dari indahnya bunga di taman, tetapi dia tak akan bisa menutup cinta dari hatiku? Kamu mempunyai sejuta makna dari pemikiran yang kau rangkai sendiri tentangku. Yang kau simpulkan menjadi benang-benang kusut yang kau rajut sendiri. Seolah-olah kau mengerti diriku dari alfa ke omega, dari prolog ke epilog. Menelanjangi aku dari setiap dosaku. Dan kau tau, aku membiarkanmu begitu saja melampaui semua itu, tanpa satupun bahasa dari bibirku untuk menyangkalnya.“Kamu itu ngotot! Mana pernah aku bilang iya kalo kamu mau kesini? Tapi kamu nekad! Ya udah.. aku cuman bilang ya-ya aja. Trus, ngapain kamu kesini? Ketemu aku, enggak! Cuma buang-buang waktu, buang-buang uang.. Tapi ga tau lagi kalo kamu kebanyakan duit. Jadi ga masalah mau habis berapa..”“Iya, aku tau. Ini memang salahku. Aku udah tau kok kalo kamu memang ga mau nemuin aku. Jadi buat apa aku nyalahin kamu”Lha terus kenapa kamu nekad? Serba salah!! Aku tau kamu marah karena aku ga mau nemuin kamu khan? Padahal aku udah bilang, kalo aku memang ga mau ketemu. Kalo aku bilang nanti.., ya nanti!
Sepenggalan bahasamu masih terngiang ketika kususuri langkah-langkah sepiku ke setiap tempat yang menyapa sendiriku. Kota ini sangat asing. Dimana keramaian dan kesunyian berada ditempat yang sama dan tak terpisahkan. Dentuman music dan sepinya tanah pekuburan menjadi penanda, bahwa jalan sulit yang kulewati ini seperti kenyataan yang terjadi antara aku dan kamu. Kadang cinta, kadang benci. Kota inipun bagiku tak bersuara. Seperti kamu, yang tak lagi berdendang syair rindu dalam lagumu malam ini.
Kunikmati saja keadaan yang ada seperti sebuah sandiwara. Jalanan yang begitu panjang dan derap kaki melangkah kuandaikan seperti episode-episode yang memang harus kulewati. Kalau bisa kusimpulkan, ada tiga jenis golongan yang berada dalam wilayah ini. Penduduk setempat, bule mancanegara dan seorang jawa. Yup! It’s me.. Seorang priyayi jawa, yang masih menyimpan tatakrama dan budaya jawa di kesehariannya. Mungkin kesederhanaan inilah yang menjadi penghalang bagi hati untuk bersatu, bagi bibir untuk berpagut. Keadaan cinta kita seperti bola diujung tanduk. Sekali berputar, jatuhlah sudah.
Akhirnya, aku kembali ke tempat penginapan untuk menghabiskan sisa malamku. Kesunyian hanya menciptakan nelangsa menembus sukma. Bagai tangan selembut sutra, namun dengan jari tangannya yang kuat mencengkeram hatiku, dan membuatnya sakit dalam penderitaan. Keheningan seperti memisahkan aku dengan diriku. Membuatku berlayar ke awang-awang, dan merasakan bahwa tubuh ini hanyalah penjara, dan kehidupanku di dunia ini hanyalah tempat pengasingan. Aku kecewa pada kasih yang nestapa, pada rindu yang terbelenggu.
*****
Hari ini semenjak kwartal pertama berlalu, akupun masih sendiri. Setiap kali kukenang, aku kembali dengan rasa kecewa, tanpa pernah tau apa yang menjadi penyebab kekecewaanku. Setiap kali aku memandang bintang di angkasa, aku merasa hatiku berdebar. Setiap kali aku membaca pesanmu, aku menderita tanpa mengerti alasan penderitaanku. Ketahuilah, bahwa sejujurnya akupun sangat ingin masuki puri dihatimu. Menghangatkannya dengan cinta dan berdansa bersamamu dengan irama. Aku sudah tak menangis lagi seperti hari yang lalu. Ditengah derasnya hujan, aku tak lagi mengucap sebait kata rindu untukmu. Jika aku tak menemukanmu di tikungan jalan tempat kita bertemu dulu, kupikir bahwa kamu memang mencari jalan lain dan meninggalkan aku sendiri. Pergilah… Genapkan apa yang menjadi keinginanmu. Aku masih berharap… Meski harus hancur, meski harus melewati jalan yang berliku, namun satu yang kutau pasti, dalam hati ku saja cinta tetap ada
0 comments: